(syurga berada di telapak kaki
Ibu)
Dengan
tergopoh-gopoh, istri Al-Qomah menghadap Rasulullah
SAW mengabarkan suaminya sakit keras. Beberapa kali mengalami
Naza tapi tak juga sembuh.
"Aku sangat kasihan kepadanya Ya Rasulullah" ratap perempuan itu.
Mendengar pengaduan wanita itu Nabi SAW merasa kasihan. Beliau lalu mengutus Bilal, Shuhaib dan Ammar untuk menjenguk keadaan Al-Qomah. Keadaan Al-Qomah memang sudah dalam keadaan koma. Bilal lalu menuntunnya membacakan tahlil ditelinganya, anehnya seakan-akan mulut Al-Qomah terkunci rapat. Berulang kali dicoba, mulut itu tidak mau membuka sedikitpun. Tiga sahabat itu lalu bergegas pulang melaporkan kepada Rasulullah SAW tentang keadaan Al-Qomah.
"Sudah kau coba menalqin ditelinganya?" tanya Nabi SAW.
"Sudah Rasulullah, tetapi mulut itu tetap terbungkam rapat" jawabnya.
"Biarlah aku sendiri datang kesana", kata Nabi.
"Aku sangat kasihan kepadanya Ya Rasulullah" ratap perempuan itu.
Mendengar pengaduan wanita itu Nabi SAW merasa kasihan. Beliau lalu mengutus Bilal, Shuhaib dan Ammar untuk menjenguk keadaan Al-Qomah. Keadaan Al-Qomah memang sudah dalam keadaan koma. Bilal lalu menuntunnya membacakan tahlil ditelinganya, anehnya seakan-akan mulut Al-Qomah terkunci rapat. Berulang kali dicoba, mulut itu tidak mau membuka sedikitpun. Tiga sahabat itu lalu bergegas pulang melaporkan kepada Rasulullah SAW tentang keadaan Al-Qomah.
"Sudah kau coba menalqin ditelinganya?" tanya Nabi SAW.
"Sudah Rasulullah, tetapi mulut itu tetap terbungkam rapat" jawabnya.
"Biarlah aku sendiri datang kesana", kata Nabi.
Begitu meliat
keadaan Al-Qomah tergolek diranjangnya, Nabi
SAW bertanya kepada istri Al-Qomah:
"Masihkah kedua orang tuanya?" tanya Nabi.
"Masihkah kedua orang tuanya?" tanya Nabi.
"Masih ya Rasulullah,
tetapi masih tinggal ibunya yang sudah tua renta", jawab istrinya.
"Dimana
dia sekarang?" tanya Nabi.
"Dirumahnya,
tetapi rumahnya jauh dari sini" Jawab istri Al-Qomah.
Tanpa banyak
banyak bicara, Rasulullah SAW
lalu mengajak sahabatnya menemui ibu Al-Qomah untuk mengabarkan anaknya yang
sedang sakit keras.
"Biarlah dia rasakan sendiri", kata ibu Al-Qomah.
"Tetapi dia sedang dalam keadaan sekarat, apakah ibu tidak merasa kasihan kepada anakmu?" tanya Nabi.
"Biarlah dia rasakan sendiri", kata ibu Al-Qomah.
"Tetapi dia sedang dalam keadaan sekarat, apakah ibu tidak merasa kasihan kepada anakmu?" tanya Nabi.
"Dia
berbuat dosa kepadaku", jawabnya dengan singkat.
"Ya,
tetapi maafkanlah dia. Sudah sewajarnya ibu memaafkan dosa anaknya", bujuk
Nabi.
"Bagaimana
aku harus memaafkan dia ya Rasulullah
jika Al-Qomah selalu menyakiti hatiku sejak dia memiliki istri", kata
ibu Al-Qomah.
"Jika
kau tidak mau memaafkannya, Al-Qomah tidak akan bisa mengucap kalimat syahadat,
dan dia akan mati dalam keadaan kafir", kata Rasulullah.
"Biarlah
dia ke neraka dengan dosanya", jawab ibu Al-Qomah.
Merasa bujukannya tidak berhasil meluluhkan hati ibu Al-Qomah, lalu Rasulullah mencari cara lain. Kepada Bilal Nabi berkata:
"Hai Bilal, kumpulkan kayu bakar sebanyak-banyaknya", perintah Nabi.
Merasa bujukannya tidak berhasil meluluhkan hati ibu Al-Qomah, lalu Rasulullah mencari cara lain. Kepada Bilal Nabi berkata:
"Hai Bilal, kumpulkan kayu bakar sebanyak-banyaknya", perintah Nabi.
"Untuk
apa kayu bakar itu ya Rasulullah?"
tanya Bilal keheranan.
"Akan aku gunakan untuk membakar Al-Qomah, daripada dia hidup tersiksa seperti itu, jika dibakar dia akan lebih cepat mati dan itu lebih baik karena tak lama menanggung sakit", jawab Rasulullah.
"Akan aku gunakan untuk membakar Al-Qomah, daripada dia hidup tersiksa seperti itu, jika dibakar dia akan lebih cepat mati dan itu lebih baik karena tak lama menanggung sakit", jawab Rasulullah.
Mendengar
perkataan Nabi, ibu Al-Qomah
jadi tersentak. Hatinya luluh membayangkan jika anak laki-lakinya dibakar
hidup-hidup. Ia menghadap Rasulullah sambil meratap:
"Wahai Rasulullah, jangan kau bakar anakku", ratapnya.
Beliau lalu mendatangi Al-Qomah dan menuntunnya membaca talqin. Berbeda dengan sebelumnya, mulut Al-Qomah lantas bergerak membacakan kalimat dzikir, membaca syahadat seperti yang dituntunkan Nabi. Jiwanya tenang karena dosanya telah diampuni oleh ibunya. Al-Qomah kemudian menghembuskan nafas terakhirnya dengan fasih mengucapkan kalimat syahadat. Ia meninggal dalam keadaan khusnul khotimah. Memang surga berada dibawah telapak kaki ibu.
"Wahai Rasulullah, jangan kau bakar anakku", ratapnya.
Beliau lalu mendatangi Al-Qomah dan menuntunnya membaca talqin. Berbeda dengan sebelumnya, mulut Al-Qomah lantas bergerak membacakan kalimat dzikir, membaca syahadat seperti yang dituntunkan Nabi. Jiwanya tenang karena dosanya telah diampuni oleh ibunya. Al-Qomah kemudian menghembuskan nafas terakhirnya dengan fasih mengucapkan kalimat syahadat. Ia meninggal dalam keadaan khusnul khotimah. Memang surga berada dibawah telapak kaki ibu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar